Paradigma Positivisme Dalam Ilmu Komunikasi
Halo semuanyaa!! Perkenalkan Nama Saya Sabrina Faliza Agustinova, Saya dari Universitas Satya Negara Indonesia Kampus B dengan progam studi Ilmu Komunikasi dan tak lupa juga Dosen Pengampu saya adalah Ibu Serepina Tiur Maida S.Sos., M.Pd., M.I.Kom., C.AC.
Jadi teman disini saya akan menjelaskan tentang apa itu Paradigma Positivisme Dalam Ilmu Komunikasi. Oke saya lanjut ya, mohon disimak ya teman-teman!!
Positivisme secara etimologi berasal dari kata positive, yang dalam bahasa filsafat bermakna sebagai suatu peristiwa yang benar-benar terjadi, yang dapat dialami sebagai suatu realita.
Paradigma positivisme mendefiniskan komunikasi sebagi suatu proses sebab-akibat, yang mencerminkan pengirim pesan (komunikator/encoder) untuk mengubah pengetahuan (sikap atau perilaku) penerima pesan (komunikan/decoder) yang pasif. Komunikasi terjadi secara sengaja dilakukan oleh seseorang untuk menyampaikan rangsangan dalam membangkitkan respon orang lain. Model komunikasi linier atau komunikasi satu arah merupakan salah satu model yang paling banyak dikenal dan mudah dipahami.
Dapat disimpulkan pengertian positivisme secara terminologis berarti merupakan suatu paham yang dalam “pencapaian kebenaran”-nya bersumber dan berpangkal pada kejadian yang benar-benar terjadi. Segala hal di luar itu, sama sekali tidak dikaji dalam positivisme.
Paradigma Positivisme Menurut Para Ahli :
1. Menurut Aguste Comte : adalah suatu metode pengkajian ilmiah dan suatu tingkatan dalam perkembangan pikiran manusia.
2. Menurut Emile Durkhaem : ada hukum-hukum sosial yang dapat ditemukan diperbandingkan dengan hukum-hukum alam yang lainnya. Baginya, fakta sosial memberikan definisi bagi sosiologi. Sosiologi adalah kajian ilmiah mengenai fakta sosial. Ciri pokok positivisme dalam sosiologi ditemukan dalam cara disiplin ilmu yang mengkonsepsikan fakta-fakra sosial.
3. Menurut Talcott Parsons : berdasar pada konsep realisme analitis. Istilah “realisme” menunjukkan eksistensi suatu dunia objektif dari kejadian-kejadian yang tidak acak, yang bersifat eksternal bagi pengamat sosiologis. Istilah “analitis” mengacu kepada tipe konsep, yang apabila diformulasikan dengan benar, menurut parsons, bisa dengan tepat mempresentasikan dunia luar kita.
Metode pengkajian dunia ini (Comte menyebutnya filsafat) terapkan untuk menjelaskan rangkaian berbagai fenomena yang membentuk materi subjek ilmu-ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu, “hukum tiga tahap” mewujud, tidak hanya di dalam perkembangan humanitas secara keseluruhan, akan tetapi juga dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Berarti setiap ilmu pengetahuan berasal dari eksplanasi teologis, yang kemudian berkembang ke metafisika dan positivis. Hanya apabila suatu ilmu pengetahuan memasuki tahap positivis barulah ia bisa dianggap matang untuk membicarakan hukum-hukum universal.
Teori-teori Paradigma Menurut Para Ahli :
1. Comte : Teologi, metafisik, positif.
2. Durkheim : Bunuh diri egoistik, bunuh diri altruistik, bunuh diri anomik, bunuh diri fatalistik.
3. Parsons : Funsionalisme struktural.
Sumber :
1. https://images.app.goo.gl/UBSwviSZqJyUo29r9
2. https://slideplayer.info/amp/13732561/
3. Fediyanu Saifuddin, Achmad.2006. ANTROPOLOGI KONTENPORER Suatu Pengantar Kritis Mengenai Paradigma.Jakarta:Kencana.
4. https://mahasiswa.ung.ac.id/291413030/home/2014/4/14/filsafat-ilmu-komunikasi-perspektif-teori-teori-komunikasi.html#:~:text=Paradigma%20positivisme%20mendefiniskan%20komunikasi%20sebagi,komunikan%2Fdecoder)%20yang%20pasif
Komentar
Posting Komentar