Paradigma Komunikasi
Halo semuanyaa!! Perkenalkan Nama Saya Sabrina Faliza Agustinova, Saya dari Universitas Satya Negara Indonesia Kampus B dengan progam studi Ilmu Komunikasi dan tak lupa juga Dosen Pengampu saya adalah Ibu Serepina Tiur Maida S.Sos., M.Pd., M.I.Kom., C.AC.
Jadi teman disini saya akan menjelaskan tentang apa itu Paradigma Komunikasi. Oke saya lanjut ya, mohon disimak ya teman-teman!!
Tradisi intelektual yang dimaksud yakni: cara pandang terhadap dunia, atau “Cara berfikir secara umum yang dimiliki bersama dalam komunitas ilmuan” (Klein & White, 1996, hal 10). Tradisi intelektual ini yang lebih populer kita temukan dengan istilah paradigma (paradigm). Paradigma adalah landasan (dasar) yang menjadi pinjakan membangun teori yang saat ini mulai akrab dengan kita yang bergaul dalam lingkungan akademia. Paradigma memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan arah pengembangan suatu ilmu pengetahuan, termasuk ilmu komunikasi. Paradigma, atau bagaimana seseorang memandang dunia, mempengaruhi nilai, tujuan, dan gaya penelitian ilmuan.
Dalam komunitas Sosiologi, definisi paradigma yang banyak digunakan mengacu pada definisi dari George Ritzer. Menurut Ritzer dalam buku: Sociology A Multiple Paradigm Science (1975): paradigma merupakan gambaran fundamental tentang pokok permasalahan dalam suatu ilmu pengetahuan. Paradigma membantu memberikan definisi tentang apa yang harus dipelajari, pertanyaan apa yang harus dikemukakan, bagaimana pertanyaan itu dikemukakan, dan peraturan apa yang harus dipatuhi dalam menginterpretasi jawaban yang diperoleh. Paradigma merupakan suatu konsensus yang paling luas dalam suatu ilmu pengetahuan dan membantu membedakan satu komunitas ilmiah (atau subkomunitas) dari yang lain. Paradigma memasukkan, mendefinisikan, dan menghubungkan eksemplar, teori, metode, dan instrumen yang ada di dalamnya (Ritzer, 1975 dalam Lawang, 1998:2).
Kuhn menyebut perubahan paradigma ini sebagai revolusi ilmiah. Dalam tradisi ilmu komunikasi sendiri, belum ada suatu revolusi ilmiah yang hadir menjawab permasalahan zaman yang selalu terbarui oleh pembangunan dan perkembangan teknologi. Realitas-realitas komunikasi masih dilihat menggunakan kacamata atau paradigma yang sudah lapuk.
Komunikasi, terutama melalui bantuan media memainkan peranan khusus dalam mempengaruhi suatu budaya tertentu melaluipenyebaran informasi. Media dapat menampilkan suatu cara untuk memandang kenyataan, atau menentukan kebenaran dan kesalahan suatu peristiwa. Media tetap saja dianggap didominasi oleh ideologikepentingan pihak yang berkuasa yang ada di balik media tersebut, karena semua ideologi itu berusaha memanipulasi kenyataan yangada atau realitas sosial yang ada di masyarakat.
Paradigma sebagai suatu konsep, istilah paradigma (paradigm) pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Kuhn dalam karyanya The Structure of Scientific Revolution (1962). Menurut Kuhn, paradigma adalah “keseluruhan susunan kepercayaan, nilai-nilai, serta teknik-teknik yang sama-sama dipakai oleh anggota komunitas ilmuwan tertentu”. Paradigma adalah suatu kerangka luas yang menjadi pedoman pemikiran dan penelitian para sarjana dalam jangka waktu yang lama ketika mereka melakukan penelitian dan mengembangkan teori-teori tertentu.
Paradigma dalam komunikasi secara umum terbagi menjadi tiga, yaitu :
1. Paradigma klasik
Paradigma ini menyatakan bahwa realitas sosial yang diamati oleh seseorang dapat digeneralisasikan pada semua orang yang biasa melakukan.
2. Paradigma kritis
Teori ini memiliki ide suatu teori atas ketidakadilan yang terjadi dibalik fenomena sosial. Teori kritis banyak diilhami oleh ajaran Marxis atau neo-Marxis (kiri baru). Dalam teori kritis, perilaku orang akan mengubah makna konteks yang terkandung selanjutnya. Teori kritis bersifat aktif dalam menciptakan makna, bukan hanya sekedar pasif menerima makna atas dasar perannya pada teori konflik.
3. Paradigma konstruktivis
Menurut paradigma konstruktivisme, realitas sosial yang diamati oleh seseorang tidak dapat digeneralisasikan pada semua orang yang biasa dilakukan oleh kaum klasik dan positivis. Paradigma konstruktivisme menilai perilaku manusia secara fundamental berbeda dengan perilaku alam, karena manusia bertindak sebagai agen yang mengkonstruksi dalam realitas sosial mereka, baik itu melalui pemberian makna ataupun pemahaman perilaku dikalangan mereka sendiri. Kajian paradigma konstruktivisme ini menempatkan posisi peneliti setara dan sebisa mungkin masuk dengan subjeknya, dan berusaha memahami dan mengkonstruksikan sesuatu yang menjadi pemahaman si subjek yang akan diteliti.
Kegunaan Paradigma :
1. Mengetahui evolusi pemikiran manusia tentang dirinya, akan atau lingkungan.
2. Memberikan panduan keyakinan yang dapat dijadikan pijakan dalam berpikir.
3. Menyadarkan orang akan keterbatasan sudut pandang.
4. Membangun toleransi berpikir tentang pernyataan faktual/realitas.
Empat Perspektif Populer :
1. Aubrey Fisher.
2. Infante, dkk.
3. Miller.
4. Craig.
Sumber :
https://images.app.goo.gl/RReVEoWiVyPfqsSf9
https://bassmallah76.wordpress.com/belajar-2/paradigma-ilmu-komunikasi/
https://www.slideshare.net/Hafizah2/paradigma-dalam-teori-komunikasi
https://id.scribd.com/doc/23114268/Paradigma-dan-perspektif-dalam-ilmu-komunikasi
https://repository.unikom.ac.id/37187/1/Perspektif%20Komunikasi.pdf
Komentar
Posting Komentar